Setiap saat aku di berikan pilihan, untuk memikirkan apa yang ada di sekitarku atau memikirkan karya-karya Tuhan dalam hidup ku. Sering kali aku terpengaruh dengan peristiwa-peristiwa, sosok-sosok dan kenyataan-kenyataan.
Kata-kata manusia membelenggu aku, seolah mereka adalah penentu hidup… Padahal, mulut dan lidah mereka pun masih harus bertanggung jawab pada Sang Pemberi Mulut & Lidah. Aku cukup kerepotan dengan itu semua sampai aku tak tahu harus berbuat apa. Tanganku mencari-cari tangan Tuhan, dan ketika aku berhasil menggapainya lalu menoleh padaNya, aku mendapati Ia tertawa geli memperhatikan kelakuanku.
Aku lantas merasa bodoh, lalu Ia menggiring aku pada setiap kenangan yang aku alami bersama Dia. Ketika Ia menarik aku dari jurang keputusasaan, ketika Ia mengapus air mataku, ketika Ia mengangkatku dari satu anak tangga ke anak tangga yang lebih tinggi. Aku juga sampai pada lusian perbuatan mengecewakan yang kubuat, dan mengingat saat Ia menghukumku lalu memaafkanku, kemudian menambahkan dalam hidupku lusinan kesempatan lagi.
Aku lalu menjadi begitu malu dengan perjalanan itu. Dapat kutangkap maksudNya sejauh itu. Betapa aku berharga bagiNya, tak dapat kuragukan itu… Betapa Ia mengasihi aku, rasanya bodoh untuk tak mengakuinya… Betapa Ia menginginkan yang terbaik bagiku, selalu nyata dalam perjalanan hidupku.
Bagaimana mungkin aku mengalihkan pandanganku dari semua berkat itu? Bagaimana mungkin aku bisa membandingkan semua itu dengan satu sampai sepuluh kata yang keluar dari hati-hati yang tidak mengasihiku? Bagaimana mungkin aku peduli pada hal lain sementara hidupku ini terlalu berharga untuk dinikmati?
Langkahku kemudian menjadi begitu ringan. Karena bagiku memikirkan apa kataNya mengenai hatiku jauh lebih penting daripada memikirkan apa kata manusia tentang hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar