Suatu hari, aku dan calon suamiku baru saja menikmati sebuah makan malam santai di sebuah pusat perbelanjaan daerah Kalibata. Ketika kami hampir mencapai eskalator kami mendapati seorang anak berusia tidak lebih dari 12 tahun sedang menebar dagangannya di pinggir eskalator dan melihat pada kami dengan tatapan 'ayolah mba, beli dagangan saya'... Entah dari mana ia mendapatkan ijin berdagang didalam pusat perbelanjaan... tidak menjadi bahasan saya kali ini. Tapi apa yang menjadi barang dagangannya yang membuat saya tertarik dengan anak ini. Ia menjual buku. Ya... setelah ratusan pedangang eceran anak-anak saya temui di ibukota Jakarta ini... anak ini menawarkan sesuatu yang berbeda... Saya katakan berbeda, karena yang ia dagangkan adalah sesuatu yang juga penting bagi dirinya.
Kami lalu 'memborong' dagangannya (yang hanya beberapa itu) sambil memenuhi rasa ingin tahu kami dengan mewawancarai anak itu. Belakangan kami mengetahui bahwa dagangan itu ia beli dari temannya dengan harga sangat miring. Buku... dengan harga sangat miring di masa ini adalah sesuatu yang... wow...
Sontak tanganku membalik buku itu dan mencoba menemukan organisasi dibalik ini. dan benar saja, aku menemukan sebuah sebuah gerakan independen yang menerbitkan buku-buku untuk dijual kembali. Ck... ck....
Syukurlah!!!!
Kembali ke anak tadi.... hmm... sensitifitasku muncul seketika, seperti biasa tanpa solusi... hanya iba.
Sepulangnya, aku lalu membahas dengan calon suami ku...topik 'apa yang dapat kita perbuat untuk anak-anak seperti itu'....
Kami lalu punya banyak ide.... dan tiggal menyusun pelaksanaan... Kami mulai dengan konsep... personil... teknis... dan detail....
Ini adalah sebuah pengakuan, ketika merencanakan semua itu... yang aku bayangkan adalah... berada dalam sebuah wawancara televisi dengan topik mengenai aksi sosial yang baru saja aku rancangkan...
Sampai hari ini... aku mengunjungi fasilitas dunia maya favoritku... Google...
Dengan sedikit rasa ingin tahu ku ketikkan kata kunci yang berhubungan dengan rancanganku.... Dan alangkah terkejutnya... program yang sama telah dilakukan oleh ratusan orang di negara ini... dan ribuan orang di dunia ini. Otomatis... harapan untuk di wawancarai pupus sudah. Sesuatu yang tidak pernah ku ucapkan, namun sering kubayangkan ketika mencanangkan kegiatan itu.
Aku kemudian sadar... itulah motivasi seseorang sesungguhnya... sesuatu yang ia bayangkan akan terjadi... bukan sesuatu yang ia katakan akan terjadi....
Aku hanya mampu tersenyum menertawakan diri sendiri....
Syukurlah secepat ini aku menyadarinya... Sebelum semua itu kulaksanakan dengan motifasi 'konyol' didalam alam bawah sadarku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar