Selasa, 22 September 2009

Mudik Sungguh Tak Asik

Aku tak menyesali hari dimana aku tertarik untuk merasakan mudik lebaran. Sebuah fenomena yang (rasanya) hanya ada di Indonesia. Bagaimana suatu bangsa dapat disibukkan oleh fenomena ini... Mempengaruhi siklus perputaran uang negara, stabilitas keamanan negara, menentukan penyebaran penduduk dan banyak dampak lainnya. Aku sunggung ingin mendekatkan teropong ku untuk fenomena ini, melewati pengetahuanku tentang MUDIK yang kudapatkan di televisi.






Aku lalu memulai perjalananku dari Jakarta, jalur yang kupilih adalah jalur selatan karena sepengetahuanku jalur utara adalah sebuah jalur lurus dan sangat membosankan. Rasanya sangat ringan untuk memulainya, aku tak henti-henti bersenandung membayangkan alam yang akan ku tonton dan kota-kota menarik yang akan kusinggahi. Rasanya begitu bersemangat hingga kudapati pengalaman - pengalaman berikut.

Disetiap kota pastilah terdapat pasar tumpah / pasat kaget yang menyebabkan kemacetan hingga lebih dari 10km. Perilaku barang bawaan pemudik yang sungguh membuatku mengurut dada karena 'harta' mereka itu dimuat semuanya ke atas sepeda motor mereka dan dengan sama sekali tidak memperhitungkan keamanan mereka membawa anak - anak mereka untuk perjalanan berliku dan bermedan seram serta jarak yang tak kurang dari 200km.







Kelelahan yang kualami tentulah mereka alami... karena dapat dikatakan semua orang bergerak ke timur. Terdapat beberapa kota dimana semua pemudik harus melewati jalur itu sehingga terjadi kemacetan yang .... Oh tak dapat cukup kupaparkan dengan kata-kata... Kemacetan tak berujung dengan kondisi jalan yang sering rusak dan berliku... Semua jenis kendaraan ada disana, berbagai jenis nomor kendaraan menandakan pemudik yang (rasanya) berasal dari seluruh Indonesia. Alhasil kemacetan seperti ini dapat terjadi selama lebih dari 6 jam perjalanan dan dapat terjadi siang hari dan... yang tak terbayangkan... pada malam hari.




Sedikit lega rasanya mengingat di setiap kelelahan dan perhentian ada wagra setempat yang dapat meraih rejeki lewat makanan, minuman, tempat peristirahatan dan tentu saja... toilet.

Ketika aku mengakhiri perjalanan panjang itu... Tak dapat ku mengerti setiap orang melakukannya selama bertahun-tahun dan dengan kondisi mudik yang semakin buruk dari tahun ke tahun. Hanya untuk bertemu dengan keluarga dan orang-orang terkasih atau apapun motivasi penting yang dibawa dari Jakarta. Apakah lelah setahun dapat terhapus oleh lelah perjalanan mudik? Apakah pencapaian setahun dapat dilukiskan dengan dua hari berkumpul?

Sementara aku berhenti pada kata... KAPOK

Tidak ada komentar: