Rabu, 05 November 2008

An Absent


kita ada bukan karena apa yang kita punya...
melainkan oleh apa yang tanpanya kita tak dapat
melakukan satu atau banyak hal....


Pernyataan itu keluar dari seorang 'besar' dan aku setuju dengan apa yang terkandung didalamnya ketika ketidakhadiran menghampiriku...
Ada saat dimana kita begitu terbiasa untuk melakukan banyak hal bersama seseorang atau sekelompok orang. Dan dari saat - saat seperti itulah muncul sebuah masa yang lain yang disebut 'ketidakhadiran'. Jadi unsur sebab akibatnya sangat jelas, akibat 'kehadiran' adalah 'ketidakhadiran'. Kemungkinan ini selalu ada sepanjang kita behubungan dengan apa yang terlihat dan dapat dirasakan oleh kelima pancaindera kita. Aku selalu mencoba memisahkan kasus 'ketidakhadiran' ini dari urusan 'Sang Pencipta' karena pada pengalamanku, kasusNya hanya kehadiran tanpa ketidakhadiran.
Dari kehadiranNya, Ia menciptakan orang-orang yang kemudian hadir dalam hidupku... Dan dari sanalah kasus 'ketidakhadiran' itu ada.

Aku sampai pada hari ini, dimana ketidakhadirannya mengganggu rutinitasku. Kusebut rutinitas karena begitulah hari yang biasa kulalui.

Bangun pagi ini dengan rasa malas yang kupikir tak masuk akal, sehingga aku memaksa mata ini untuk terus tertutup hingga hampir tengah hari. Setengah sadar menyadari bahwa televisi sedang menyiarkan tayangan favoritku, dan segera terlelap lagi setelah tayangan itu berakhir. Bangun lagi ketika lewat tengah hari dan itupun bukan karena aku ingin... tapi karena perutku ingin.... mengolah sari-sari makanan. Menggeledah seluruh isi kamar, melakukan apapun yang aku abaikan kebersihan dan letaknya... lalu terlelap lagi.... Siaran TV favorit lagi.... Membaca dua halaman buku filsafat... dan memaksa diri untuk mandi setelah hari mulai gelap. Aku sama sekali tidak merancangkan hari ini karena dalam rutinitasku, perencanaan bukanlah bagianku selama tak ada kepentinganku disana. (aku tersenyum saat menulis kalimat sebelumnya).

Ketika perut mulai berteriak untuk mengolah apapun lagi, aku beranjak keluar dari kamar kecilku dan mencari tempat terdekat untuk membuatnya diam. Aku lalu menyadari bahwa aku membutuhkan beberapa potong pakaian dalam dan kuseret kakiku untuk menghampiri pusat perbelanjaan terdekat.

Dalam waktu satu jam setengah aku telah selesai, ya...bagaimanapun aku wanita.. dan pasti membeli minimal satu item diluar kebutuhanku. Sesuatu yang pasti sulit kulakukan jika memperhitungkan 'kehadiran'nya. (aku tersenyum lagi untuk kalimat itu).

Aku lalu melangkah pulang dan berusaha keras menemukan sesuatu dari 'ketidakhadiran' ini. Udara sejuk diluar membuatku begitu bersemangat dan dalam pikiranku jadi produktif dengan makna 'ketidakhadiran' ini.

Rasanya sudah begitu lama sejak terakhir kali aku membeli barang bajakan. Pikiranku melayang pada begitu banyak kisah dibalik layar yang pernah ditunjukkan kepadaku dan aku kini benci melihat begitu banyak gerai cd & vcd bajakan yang kulalui.
Sambil berlari kecil aku memainkan tas berisi barang belanjaanku dan terkesima karena menyaksikan aku tidak lagi membeli barang murahan untuk diriku sendiri. Dahulu kulakukan itu karena alasan 'penghematan', dan kini kulakukan karena alasan 'penghematan' yang sesungguhnya jauh lebih pintar dari yang dulu.
Aku melewati gerai makanan tadi dan tersenyum menyaksikan pengamen kecil bersuara indah yang kuberi upah tadi masih bernyanyi. Anak itu tersenyum melihatku dan aku yakin itu karena pelajaran kecil yang kuberikan kepadanya ketika ia bernyanyi untukku tadi.
Sudah lama rasanya sejak terakhir kali aku memberi kepada pengamen sekedar agar mereka 'diam' dan beranjak dariku. Aku kini tidak membiarkan mental peminta-minta itu ada dalam jiwa warga negeri ini dan menanamkan mental bekerja keras serta tentu saja talenta karena anak tadi punya suara tinggi nan merdu sekelas vokalis band malaysia yang legendaris 'SEARCH'. (kali ini pasti anda yang terseyum).
Aku masih berjalan pulang dan mulai membayangkan tayangan televisi yang mungkin ada untuk kunikmati sepanjang sisa malam ini. Ketika menyadari tidak ada lagi tayangan yang dapat kutonton aku menjadi jengkel. Namun seketika wajahku berseri lagi, karena menyimpulkan bahwa tak ada lagi tayangan 'tak bermutu' yang kuhafalkan jam tayangnya saat ini. Aku hanya menyaksikan apa yang berguna kini. Asupan untuk otakku dan perasaan ku adalah yang terpilih kini.
Aku tersenyum sembari menarik napas lega kini. Karena semua perubahan baik itu kudapatkan dari seseorang yang ketidakhadirannya kurayakan hari ini. Semua itu adalah sedikit dari begitu banyak nilai-nilai yang ia tabur dalam hidupku.

Aku lalu mulai mengenang begitu banyak nilai yang ditaburkan sekian banyak orang yang pernah ada dalam hidupku. Yang bahkan mampu membuatku melangkah untuk meninggalkan kebiasaan malasku, kebiasaan lambanku, kebiasaanku menghargai diriku sendiri, bahkan caraku mengubah langkah kakiku, caraku menyisir rambutku, caraku menghargai kulitku, caraku memilih arloji, caraku menghargai karya orang lain, caraku berpikir mengenai pernikahan dan jutaan hal lain yang berubah dalam diriku.

Semua itu ditanam oleh orang yang berbeda-beda. Mereka mungkin masih disekitarku, atau tidak lagi disekitarku. Tapi segala sesuatu yang mereka tanam begitu baik, sehingga mereka dapat memastikan itu semua tumbuh dalam diriku dengan atau tanpa mereka ada disisiku.

kita ada bukan karena apa yang kita punya...
melainkan oleh apa yang tanpanya kita tak dapat
melakukan satu atau banyak hal....

ijinkan aku menambahkannya dengan;

kita tumbuh bukan oleh kehadiran seseorang dari waktu ke waktu
tapi karena benih baik yang ditanam oleh seseorang...dapat tumbuh
dengan atau tanpa kehadirannya...

Aku masih tersenyum saat memutuskan untuk berbelok dan menghampiri warnet terdekat untuk menuangkan semua ini.

ditulis karena 'ketidakhadiran'
Hizkia Subiyantoro
hari ini dan beberapa hari lagi

Tidak ada komentar: