Senin, 22 Juni 2009

ABBA...OH...ABBA



Bapaku Maha Besar, Maha mengetahui, Maha adil
SORGA Ltd
Jesus Christ Street John. 3 : 14
The City Of My Heart, GPHI Gloria 54321



Bapaku tersayang,

Aku bangun siang ini dengan keletihan usai doa tadi malam. Doa yang mengimpartasikan padaku kekuatan baru untuk melayani Engkau. Tapi aneh nya, pagi ini aku terpaksa membuka mataku yang masih sangat lelah karena jantungku yang berdegup terlalu kencang untuk dapat aku kuasai, Aku kenal degupan ini Bapa, tapi ini lebih dasyat dari yang pernah ku rasakan seumur hidupku. Degup ini... adalah KETAKUTAN.

Aku membolak - balikkan posisi tidur untuk menemukan ketenangan, Tapi aku tidak tahan lagi lalu berdiri sekuat yang aku bisa. Aku merasakan napas yang saling memburu dan saat mengangkat wajah dihadapan cermin aku mendapati wajah itu penuh ketakutan,

Aku mulai menangis dan menjerit memanggil Mu. Aku sendiri merasa ngeri mendengar jeritan itu. Jeritan yang sesungguhnya berasal dari hati ini. Aku terus memanggil Mu Bapa, aku meminta pertolonganMu seolah-olah aku akan mati hari ini. Tangis itu semakin keras dan aku merasakan tubuhku ambruk diatas lantai, oh yang benar saja... Aku bahkan tak mampu berdiri.

Menit-menit berlalu, rasanya tangis ini tak akan berlalu dan aku merasakan penantian panjang, seluruh wajahku basah oleh air mata. Tubuhku tertangkup sedemikian, wajahku tergeletak tak berdaya diatas lantai dingin yang kini digenangi air mata.

Oh Bapa, aku lupa kapan terakhir kalinya menangis sedemikian? Atau setidaknya... Pernahkah Engkau melihatku setakut ini?

Baiklah, aku mengaku... Aku TAKUT... Aku TAK BERDAYA... Aku KEHILANGAN KENDALI.

Tiga hal yang aku hadapi membuatku menatap kedua tanganku dan bercermin apakah aku mampu melaluinya...

Apakah aku punya pilihan selain takut?

Saat komitmen yang baru saja Engkau hadiahkan padaku seminggu yang lalu terancam hilang dari genggamanku.. Secara paksa... Tanpa aku temukan apa yang salah dengan prosesnya?

Bagaimana aku dapat maksimal memainkan fungsi sebagai penolong ditengah ketakutan yang mendera bahkan setiap kali bernafas? Bagaimana bila aku melakukan kesalahan LAGI dalam prosesnya...? Sehingga sekali lagi aku harus membayarnya dengan sebuah proses yang panjang dan dari nol lagi.

Aku sudah berada didalam semua ini, dan tak kuasa keluar. Karena aku memang tidak menginginkan keluar dari masalah ini. Dengan tidak melakukan apa-apa.

Bagaimana aku mampu mengasihi sosok yang telah mengancam permata yang sudah Tuhan berikan padaku dan memposisikan diriku sebagai hambaMu yang sudah Engkau perlengkapi dengan KASIH tanpa batas?

Apakah aku punya pilihan selain takut?

Saat aku tau bahwa aku tidak mencintai pekerjaanku dan hal tersebut sudahlah cukup menjadi awal kehancuran pekerjaanku. Bagaimana jika aku lantas tidak mampu menghadirkan KerajaanMu di tempat kerjaku dan malah menjadi batu sandungan karena aku tidak mencintai itu?

Apakah aku punya pilihan selain takut?

Bahwa ditengah-tengah semuanya itu, aku sedang mempersiapkan sebuah pest pernikahan kesaksian bagi orang yang kukasihi... Dan bagaimana jika aku tidak mampu melakukan yang terbaik?

Astaga Bapa...

Aku ternyata BUKAN APA-APA... Sampai aku tersungkur serendah ini dihadapan KASIHMU. Sedemikian lama.... Aku membiarkan diriku begitu jaga IMAGE dihadapanMu... Tanpa rindu sedikitpun untuk berkeluh kesah padaMu.. Begitu memastikan bahwa aku adalah orang pilihan yang Engkau percayakan semuanya ini.. Aku begitu sibuk mengingatkan diri bahwa aku harus KUAT... hingga menyamarkan SUMBER kekuatan itu dari pemandanganku.

Ketika tangis dan jeritan itu reda... Aku cukup tenang untuk mendengarkan suaraMu...Dan kemudian mampu berdoa... untuk siapa saja yang terlibat. Dan aku mendapati bahwa,

KasihMu bahkan lebih dari cukup untuk semua ini, berkatMu melimpah untuk menghadapi semua ini...

Dan yang harus ku lakukan adalah... Meletakkan semuanya ini dibawah kaki salibMu dan belajar untuk TAAT... Melakukan apa yang menjadi bagianku.

Siap jika Engkau mengatakan TIDAK, berhikmat saat Engkau mengatakan YA... dan mengucap syukur untuk kedua-duanya. Mengucap syukur untuk SEMUAnya...

Penuhi aku dengan KASIHMU mulai hari ini Bapa... KARENA ITU CUKUP...

Kujadikan ini titik awal dari sebuah hati yang penuh dengan ucapan syukur kepercayaan penuh pada KASIHMU..

Bapa, pernahkah Engkau tahu... Bahwa Engkau segalanya buatku... Bahwa sentral dari hati ini adalah Engkau...Bahwa seluruh hidupku hanya untuk melakukan hal-hal yang dapat membuatMu tersenyum?

Dan jika respon terbaikku atas semua ini mampu membuatMu tersenyum... Maka aku akan melakukannya... Tapi kumohon...

Pegang tanganku... dan ajari aku...



PutriMu yang Kau kasihi, Klaudia Chonie Prysillia Sigar

Tidak ada komentar: